Beridolakan Rasulullah SAW & Habibana nomor Satu
Subang Nabawi Pecita Produk Nabawi Collection Majelis Rasulullah SAW
MENU
Sabtu, 17 September 2016
Siapa Idolamu
عَنْ أَبِي وَائِلٍ, عَنْ عَبْدِ اللّهِ (بْنِ مَسْعُوْدٍ) قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَىَ رَسُولِ اللّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللّهِ, كَيْفَ تَرَىَ فِي رَجُلٍ أَحَبّ قَوْماً وَلَمّا يَلْحَقْ بِهِمْ؟ قَالَ رَسُولُ اللّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ: «الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبّ». رواه مسلم
Dari Abu Wa’il dari ‘Abdullah bin Mas’ud, dia berkata : “Seseorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW sembari berkata : ‘Wahai Rasulallah apa pendapatmu terhadap laki-laki yang mencintai suatu kaum padahal dia belum pernah (sama sekali) berjumpa dengan mereka?’ Rasulallah bersabda : “Seseorang itu adalah bersama orang yang dia cintai.” (Riwayat Muslim)
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam Bukhâry, at-Turmuzy, an-Nasaiy, Abu Daud, Ahmad dan ad-Darimy.
2. Penjelasan
Di dalam riwayat yang lain, disebutkan dengan lafazh “Engkau bersama orang yang engkau cintai”. Demikian pula dengan hadits yang maknanya: “Ikatan Islam yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah”.
Anas bin Malik mengomentarinya: “Setelah keislaman kami, tidak ada lagi hal yang membuat kami lebih gembira daripada ucapan Rasulullah: ‘engkau bersama orang yang engkau cintai’ ”. Lalu Anas melanjutkan: “Kalau begitu, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya, Abu Bakar serta ‘Umar. Aku berharap kelak dikumpulkan oleh Allah bersama mereka meskipun aku belum berbuat seperti yang telah mereka perbuat”.
Imam an-Nawawy, setelah menyebutkan beberapa hadits terkait dengan hadits diatas, menyatakan: “Hadits ini mengandung keutamaan mencintai Allah dan Rasul-Nya, orang-orang yang shalih, orang-orang yang suka berbuat kebajikan baik yang masih hidup atau yang telah mati. Dan diantara keutamaan mencintai Allah dan Rasul-Nya adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan keduanya serta berakhlaq dengan akhlaq islami. Di dalam mencintai orang-orang yang shalih tidak mesti mengerjakan apa saja yang dikerjakannya sebab bila demikian halnya maka berarti dia adalah termasuk kalangan mereka atau seperti mereka. Pengertian ini dapat diambil dari hadits setelah ini, yakni (ucapan seseorang yang bertanya tentang pendapat beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengenai) seseorang yang mencintai suatu kaum sementara dia tidak pernah sama sekali bertemu dengan mereka (seperti yang tersebut di dalam hadits diatas).
Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah mengaitkan makna cinta tersebut selama seseorang itu mencintai Allah dan Rasul-Nya sebab orang yang mencintai Allah, maka dia pasti mencintai para Nabi-Nya karena Dia Ta’ala mencintai mereka dan mencintai setiap orang yang meninggal di atas iman dan taqwa. Maka mereka itulah Awliyâ Allah (para wali Allah) yang Allah cintai seperti mereka yang dipersaksikan oleh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam masuk surga, demikian pula dengan Ahli Badar dan Bai’ah ar-Ridlwan. Jadi, siapa saja yang telah dipersaksikan oleh Rasulullah masuk surga, maka kita bersaksi untuknya dengan hal ini sedangkan orang yang tidak beliau persaksikan demikian, maka terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama; sebagian ulama mengatakan: ‘tidak boleh dipersaksikan bahwa dia masuk surga dan kita juga tidak bersaksi bahwa Allah mencintainya’. Sedangkan sebagian yang lain mengatakan: ‘justeru orang yang memang dikenal keimanan dan ketakwaannya di kalangan manusia serta kaum Muslimin telah bersepakat memuji mereka seperti ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, al-Hasan al-Bashry, Sufyan ats-Tsaury, Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi’iy, Ahmad, Fudlail bin ‘Iyadl, Abu Sulaiman ad-Darany (al-Kurkhy), ‘Abdullah bin Mubarak dan selain mereka, kita mesti bersaksi bahwa mereka masuk surga’.
Rasulallah melalui Hadits tersebut, mengingatkan agar orang beriman selektif dalam menjadikan seseorang sebagai idola dan teladan dalam kehidupan. Sebab secara psikologis seseorang akan terpengaruh terhadap sesuatu yang melakat pada sang idola, mulai dari cara dan model berpakaian, hingga kebiasaannya dalam hidup keseharian. Jika yang diidolakan adalah orang yang salah, maka akan berdampak pula pada kesalahan dalam menapaki kehidupan ini. Tidak hanya berbuah keburukan di dunia, bahkan kesalahan dalam memilih idola juga akan berbuah di akhirat. Sebab di akhirat nanti setiap orang akan bernasib dengan orang yang dicintai ketika di dunia, sebagaimana yang disebutkan pada hadits di atas.
Jumat, 16 September 2016
Tausiyah Habib Alwi Bin Abdurahman Al Habsyi
Jalsatul Istnain Majelis Rasulullah SAW
Habib Alwi Bin Abdurahman Al Habsyi
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي اَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِ
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
لاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
نعم المولى ونعم النصير
Segenap orang tua para guru para Habaib kita wabil Khusus orang tua kita Al Habib Hud Bin Baghir Alathos kita doakan panjang umur sehat wa afiyah, Al Habib Muhammad Baghir Bin Alwi Bin Yahya kita doakan panjang umur sehat wal afiyah juga kepada AlHabib Ramzi Bin Fuad Al Musawa panjang umur sehat wal Afiyah, juga kepada Habib Muhammad Alaydrus juga Ustadz Abdussalam juga kepada Alfhadil kita doakan mudah-mudahan panjang umur sehat wal afiyah menjadi orang-orang yang menggembirakan hati Rasulullah SAW.
Hadirin Hadirat kita akan membaca Hadist dari kitab Qutuful Falihin malam ini.
يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ
“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika meninggal.” (HR. Muslim)
“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika meninggal.” (HR. Muslim)
Hadits ini adalah Hadits yang ke 19 dari kitab Qutuful Falihin yang dirangkum oleh guru kita Al Habib Umar Bin Salim Bin Hafidh. Yaitu suatu hadits yang menerangkan bahwa keadaan hamba yang dibangkitkan oleh Allah SWT itu tergantung dari bagaimana keadaannya pada saat dia meninggal dunia, jika meninggal dunianya dalam keadaan beribadah, meninggal dunianya dalam keadaan Ta’at meninggal dunianya dalam keadaan sujud, meninggal dunianya dalam keadaan membaca Al Qur’an, dalam keadaan tahajjud, dalam keadaan mendapat Ridho daripada ibunya maka meninggalnya dia dalam keadaan Khusnul Khotimah, Kelak ia dibangkitkan dalam keadaan tersebut. Tetapi jika dia meninggalnya dalam keadaan bermaksiat, dicabut nyawanya dia sedang mabuk, dicabut nyawanya sedang minggalkan sholat, dicabut nyawanya dalam keadaan berzina, dicabut nyawanya dalam keadaan ibunya murka kepadanya maka meninggalnya dalam Su’ul Khotimah, maka nanti dibangkitkan dalam keadaan yang penuh dengan penderitaan (Naudzubillahimindzalik).
Sehingga kata Rasulullah SAW dalam hadits ini
يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ
“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika meninggal.” (HR. Muslim)
“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika meninggal.” (HR. Muslim)
Dibangkitkan nanti bagi setiap ab’din, baik orang itu orang merdeka/hamba sahaya, baik dia yang meninggal itu laki-laki atau perempuan dia dibangkitkan dalam keadaan matinya.
Hadirin-Hadirot rahimakumullah, didalam bahasa arab kematian adalah AlMaut hanya beberapa huruf, dalam bahasa indonesia diambil dari kalimat bahasa arab tersebut kematian/AlMaut, kalimatnya singkat pendek tidak banyak tetapi sangat berpengaruh terhadap manusia, orang sakit apa saja masih bisa disembuhkan masih ada obatnya, kecuali kematian. Penyakit yang namanya kematian itu tidak ada obatnya. Sehebat-hebatnya kita melupakan kematian tetep kematian itu tidak akan melupakan kita, sehebat-hebat kita lari dari kematian tetep kematian itu akan mengejar kita ketempat yang paling jauh kita bersembunyi.
Kata Allah SWT:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu” (Q.S Al-Jumu’ah Ayat 8)
Seandainya kalian lari dari kematian, kalian tetap akan berjumpa dengan kematian tersebut, Oleh karena itu sampai Allah SWT dalam Al Qur’an mengatakan dalam wahyunya
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (Q.S An-Nisa’ Ayat 78)
Walaupun kalian lari bersembunyi di lubang yang paling kecil tetap akan ketemu dengan kematian.
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ اْلمـَوْتِ
Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. [QS. Ali Imran/3: 185, al-Anbiya’/21: 35 dan al-Ankabut/29: 57].
Setiap orang yang hidup pasti akan menemui kematian. Seorang Nabi (Mati), seorang Rasul (Mati), orang sakti (Mati), Ibu kita bapak kita (Mati), orang yang paling kekar/orang yang paling kuat (Mati), orang yang bisa terbang (Mati), orang yang luar biasa terkenalnya (Mati), orang lemah (Mati), malaikat (Mati), sampai malaikat yang meniup terompet sangkakalapun akan Mati tidak ada yang hidup.
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ اْلمـَوْتِ
Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. [QS. Ali Imran/3: 185, al-Anbiya’/21: 35 dan al-Ankabut/29: 57].
Semuanya kematian, jadi matinya kita semua saya/anda/orang tua kita/Nabi/Rasul semuanya sama akan Mati, yang membedakannya adalah ada orang yang kematiannya membawa amal, ada orang yang matinya membawa bangkai, ada orang yang kematiannya dalam Khusnul Khotimah, ada orang yang mati dalam Su’ul Khotimah. Sehingga kata Rasul dalam Hadits ini disebutkan ia dibangkitkan tergantung kematiannya, kita dianjurkan melalui hadits ini oleh Baginda Rasul untuk memperbaiki amal, kalau ngaji yang betul, kalau sholat yang betul, kalau zakat/puasa/haji itu yang betul, karena yang diterima oleh Allah SWT adalah ibadah kita yang betul-betul/yang sungguh-sungguh/yang serius karena yang serius itu yang di terima oleh Allah SWT. Kalau kalian berdoa maka berdoalah kalian yakin kalau doa itu di terima oleh Allah , kalau kalian Sholat maka Khusu’lah sampai kalian cari Khusu’nya sampai kata Nabi SAW “sholatlah kalian sholat perpisahan”. Saudara kalau kita tau kematian datang setelah kita sholat Isya dikasih kabar “Anda setelah mengucapkan Assalammualaikum dalam sholat Isya’ Inna lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun” bagaimana? Masih garuk-garuk dalam sholat kita?, kalau dikasih tau “nanti abis Sholat Subuh sebelum makan Nasi uduk dijemput sama malaikat Izrail” bagaimana setelah sholat subuh tidur lagi atau ambil Qur’an? Tidur lagi atau Taubat? Maka kata Nabi SAW “Sholatlah seperti Sholat itu Sholat yang terakhir”. Kalau ada orang yang mau dipotong “Anda akan saya potong” apa yang anda inginkan? Kasih saya waktu 5 menit, untuk apa? Saya mau sholat. Kira kira sholat kita bercanda atau Khusu’? abis Assalammualaikum kemudian dipotong. Ini perintah Rasul SAW kalau anda Sholat yakini seakan-akan itu sholat yang terakhir, jikalau anda puasa rasakan kalau itu Ramadhan Terakhir, kalau anda berhari raya rasakan kalau hari raya itu terakhir, kalau anda mengaji rasakan seakan-akan ngaji itu terakhir. Oleh karenanya sempurnakan ibadah kita dengan penuh kesempurnaan yaitu dengan menghidupkan sunnahnya SAW, menjaga akhlaknya, menjaga adabnya.
Kalau minta sama Allah “Yaa Allah mudah-mudahan saya meninggal dalam keadaan Khusnul Khotimah”. Karena meninggal dalam keadaan Khusnul Khotimah itu hakekatnya bukan kemauan kita tetapi kemauan Allah SWT.
“Kalau Allah SWT sayang dengan seorang hamba, maka dipergunakan hamba tersebut dikasih tugas, sahabat bertanya “Tugas Apa yaa Rasulullah SAW?” yaitu diberi Taufiq untuk beramal Sholeh sebelum ia meninggal dunia”
Sebelum meninggal dunia dibikin itu orang menjadi ahli tahajjud. Untuk mati dalam keadaan khusnul khotimah maka kita jadi orang sholeh dulu (mudah-mudahan kita semua menjadi orang Sholeh, amiinn yaa Robbal’alamiin).
Karena kata Rasul :
يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ
“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika meninggal.” (HR. Muslim)
“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika meninggal.” (HR. Muslim)
Kesehariannya ngapain dia? Kesehariannya baca Qur’an maka dicabut nyawanya dalam keadaan membaca Al Qur’an, Sayyidina Ustman kesehariannya membaca Al Qur’an maka ketika Sayyidina Ustman di tombak beliau sedang membaca Al Qur’an, Sayyidina Umar lagi menjadi Imam Di tusuk, ada orang yang ahli Tahajjud maka selagi Tahajjud dicabut nyawanya, ada orang yang istiqomah di masjid maka dicabut nyawanya ketika dia berada dimasjid, ada orang yang ahli sujud maka dicabut nyawanya dalam keadaan sujud, tergantung kesehariannya. Ketika ajal menjemput kita maka kita minta “Mudah-mudahan kita dicabut dalam keadaan ibadah kepada Allah SWT amiinn yaa robbal’alamin”. Ini semua permohonan kita minta sama Allah SWT, kita ini lemah tidak ada ada daya, beruntung kalau ada orang rajin mengemis kepada Allah SWT minta dicabut nyawanya dalam keadaan baik/dalam keadaan Khusnul Khotimah. Karena yang menjadi patokan bukan kehidupan tetapi yang menjadi patokan ialah keadaan akhir ketika nyawanya di cabut oleh Allah SWT.
“target yang di catat malaikat yang dipinta oleh Allah SWT itu tergantung penghabisannya”.
Kita lihat ada orang balapan naik kuda, ada 3 kuda ada kuda A, B, C didalam perlombaan mereka kuda yang B dan C ada dinomor 1 tetapi garis finis yang pertama adalah kuda A, maka yang dapat piala juara 1 adalah kuda A. Saudara kita seumur hidup bagus ibadah kita tetapi diakhir amal kita bermaksiat, sehingga ketika kita dicabut nyawa kita (Naudzubillahimindzalik) dalam keadaan bermaksiat, maka ketutup itu semua amal ibadah yang lain dicabut dalam keadaan Su’ul Khotimah.
Bisa jadi kata Nabi SAW “Amalnya Bagus, amalan-amalan surgawi, ibadah pagi siang malam, lalu ada kesempatan ia bermaksiat, maka dalam keadaan maksiat nyawanya di cabut maka tempatnya neraka” kata Rasulullah SAW. Oleh karenanya kita tidak boleh menghinakan orang yang berbuat dosa, kita doakan kita nasehati.
Ini motivasi dari Rasul SAW supaya terus tambahkan amal sholeh , istiqomah. Tanda-tanda kematian sudah ada didiri kita, kulit kita yang halus/kencang sudah menjadi keriput, rambut kita ubanan, tubuh kita yang segar mulai batuk-batuk, ini utusan kematian. Tidak ada yang tau kapan kematian datang kepada kita, hikmah dari Allah SWT rahmat buat kita . kalau kita tahu kapan kematian datang kepada kita, contoh : Fulan akan mati pada umur 52 tahun, tanggal sekian jam 8 pagi lebi 5 menit, maka 50 tahun kita akan bermaksiat kepada Allah SWT, kenapa? Karena masih ada sisa 2 tahun untuk betaubat kepada Allah SWT. Ini menjadi sesuatu bola api/malapetaka untuk orang tersebut, oleh karena itu dirahasiakan agar kita selalu mencari dan mencari amal sholeh istiqomah sehingga kita meninggal dalam keadaan Khusnul Khotimah. Sama seperti malam Lailatu Qadr disembunyikan, karena jika diberitahu oleh Rasul SAW Lailatul Qadr datangnya hari sekian jam sekian dikhawatirkan jika ada orang yang tahu malam Lailatul Qadr ada orana yang tidak sholat tetap bermaksiat kepada Allah SWT, maka menjadi dosa yang begitu besar berlipat-lipat ganda dan murkanya Allah SWT untuk orang tersebut.
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا، فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.
Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.
Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat. [An-Nasr/110 : 1-3]
Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.
Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat. [An-Nasr/110 : 1-3]
Itu surat An-Nasr, Memang kita dianjurkan untuk bertahmid dan beristighfar, tapi bukan itu maksudnya, maksud surat itu arahnya ialah ajalnya Nabi SAW sudah dekat, jikalau Allah SWT sudah memberikan kemenangan kesuksesan lalu datang orang masuk islam berbondong-bondong cepat-cepat baca tahmid ungkapan terimakasih kepada Allah dan istighfar minta ampun kepada Allah SWT berarti tugasnya Nabi SAW sebentar lagi sudah selesai, nampaknya sebentar lagi Nabi akan meninggal dunia. Ini utusan kematian untuk baginda Nabi kita Muhammad sehingga Sayyidina Aisyah R.A mengatakan “Nabi Itu tidak pernah melaksanakan sholat wajib setelat turun surat An-Nasr pasti Nabi SAW setelah Sholat mengucapkan Subhanaaka Robbanaa wabihamdika Allahumaghfirli (Maha Suci Engkau Yaa Allah maka ampunilah dosa ku) setelah itu ayat turun setiap selesai Sholat Nabi tidak pernah meninggalkan Tahmid dan Istighfar kepada Allah SWT.
Oleh karena itu ini kita tidak ada yang lebih indah bagi kita setelah dengar dari Hadist ini yang pertma yaitu berburu-buru taubat, khawatir kalau ajal menjemput kita sedangkan kita belum bertaubat kepada Allah SWT. Kalau orang meninggal punya dosa belum taubat maka meninggalnya Su’ul Khotimah (Naudzubillahimindzalik). Semangat beribadah kepada Allah SWT, cari dunia tapi jangan sampai terlenakan dengan dunia berbaik sangka kepada Allah SWT kalau Allah SWT akan menerima taubat kita, 3 hari kata Imam Jabir, 3 hari sebelum Nabi SAW meninggal dunia Nabi SAW pernah berpesan “jangan sekali-kali ajal menjemput kalian/meninggal dunia melainkan kalian harus berbaik sangka kepada Allah SWT, Allah SWT sayang kepada kalian, Allah SWT akan ampuni dosa-dosa kalian, Allah SWT akan cabut nyawa kita dalam keadaan Khusnul Khotimah (amiinn yaa Robbal’alamiinn). Ini perintah dari Nabi kita Muhammad SAW, tinggal kita ini meletakkan sesuatu pada realnya, kalau kita ingin dicabut keadaan kita dalam keadaan khusnul Khotimah maka rajin-rajin kita beribadah, rajin-rajin kita beramal Sholeh”.
“Kalau anda mencari jalan selamat maka lewat jalannya, karena perahu tidak akan berjalan diatas gunung, perahu tidak akan bisa berjalan diatas daratan, perahu itu jalannya diatas air. Kalau kita ingin meninggal dalam keadaan Khusnul Khotimah maka jalani jalan itu sampai kepada Khusnul Khotimah”. Menangis minta ampun sama Allah SWT. Rasul pernah Bersabda “tanda orang yang matinya Su’ul Khotimah yang matanya kering” matanya kering tidak pernah menangis mau dalam keadaan sendiri/depan orang/diatas sajadah tidak pernah menangis, senang terus bergembira, padahal Rasulullah SAW bilang “Banyak-banyak mengingat kematian”, ini orang yang tidak pernah menangis itu tanda orang yang meninggalnya Su’ul Khotimah (Yaa Allah), yang ke 2 yaitu yang hatinya beku/keras dengar suara adzan tidak kepanggil, dengan nasihat tidak dia tengok, dengar suara himbauan beramal sholeh tidak dia hiraukan, diajak ngaji/sholat/beramal sholeh tidak mau itu tanda orang yang matinya Su’ul Khotimah. Yang ke 3 yaitu orang yang Cinta kepada Dunia sampai tidak beribadah maka matinya Su’ul Khotimah. Yang ke 4 yaitu orang yang tinggi angan-angan, pengen jadi orang baik tapi tidak taubat-taubat, pengen jadi orang sedekah uang punya tapi tidak disedekahkan, pengen jadi orang yang masuk surganya Allah SWT tapi amalnya didunia busuk (Naudzubillahimindzalik).
Tanda-tanda yang menyebabkan orang mati dalam keadaan su’ul khotimah ialah orang yang suka mabuk, kalau uangnya banyak dia beli yang mahalan dikit, kalau uangnya sudah mulai menipis ia beli bir, sudah mulai cekak beli yang murahan. Ini yang suka mabuk itu matinya su’ul Khotimah, satu tetes hal yang memabukkan masuk kedalam tubuh kita maka 40 hari ibadahnya tidak diterima oleh Allah SWT, kalau sebelum 40 hari tersebut ia meninggal dunia maka matinya Su’ul Khotimah, yang ke 3 durhaka kepada orang tua.
Kalau ngaji bawa pulpen, apa yang anda dapat anda catat kalau anda punya istri anda ajarkan kepada istri, kalau anda punya anak ajarkan kepada anaknya, jadi ilmu tidak berlalu begitu saja bertahun-tahun tidak ada yang bisa dipakai. Makanya dicatat “segala sesuatu yang dicatat meresap nempel selama-lamanya, segala sesuatu yang dihafal lupa”.
Jadi tanda orang yang meninggalnya Su’ul Khotimah ada 4 yang pertama ialah menyepelekan Sholat, yang ke 2 mabuk-mabukan, yang ke 3 Durhaka kepada orang tua, amalnya luar biasanya bagusnya tetapi ketika dia mati ibunya murka maka matinya dalam keadaan Su’ul Khotimah, yang ke 4 ialah jahat sama orang terutama sama orang muslim, sama orang usil sama orang itu jahil, tidak enak kalau mulutnya tidak menghujat, tidak menghina, tidak enak tangannya kalau tidak memukul orang, tidak enak kalau tidak menipu orang ini orang yang termasuk jahat terhadap orang muslim maka dikhawatirkan matinya dalam keadaan Su’ul Khotimah.
Saudara kalau orang mati tetapi dia berusaha mendekatkan diri kepada orang sholeh, yang kedua rajin baca Qur’an baik dalam bulan Ramadhan ataupun diluar bulan Ramadhan. Ramadhan bakal balik lagi (panjang umur, amiinnn Allahumma Amiinn). Dan do’a kita minta sama Allah, jangan berdoa nangis di bulan Ramadhan saja sampai detik ini Allah SWT ada, pengen di Qobul maka berdoa, pahala juga tidak dikasih dalam bulan Ramadhan saja, hari ini kita beramal Sholeh Allah kasih pahalan (Ammiinnn). Beribdahanya kita ini karena Allah bukan karena bulan suci Ramadhan, sembah Allah SWT istiqomah ibadah sampai kematian datang keapda kita, tadi lagi bicara tanda orang yang mati dalam keadaan Khusnul Khotimah, cinta pada ulama dan dekat kepada mereka, rajin baca Qur’an yang ketiga rajin Tahajjud, Tahajjudnya Sholat bukan nonton bola tapi tahajjudnya ibadah, yang keempat sering duduk sama ulama, yang kelima hatinya lembut pemaaf kepada orang, seakan akan hati tersebut hati orang yang sujud keapda Allah SWT.
Dan terakhir melalui Hadits ini Rasulullah SAW pernah kasih nasehat kepada anak kecil Abdullah Bin Umar dipegang pundaknya, kata Rasulullah SAW “wahai kamu jadilah kamu didunia ini laksana turis, atau seperti orang yang berteduh”, ini dunia oleh karenanya kata beliau “kalau kamu ada di sore hari jangan berharap kamu sampai pagi esok hari masih hidup dan kalau kamu ada dipagi hari belum tentu sampai kepada sore hari,mungkin saja kematian menjemput kita”.
Mudah-mudahan kita semua panjang umur, andai kata kematian tersebut menjemput kita mudah-mudahan kita minta minta sama Allah SWT kita dalam keadaan sujud, dalam keadaan beribadah, dalam keadaan membaca Al Qur’an dalam keadaan Ridho ibu dan bapak kita sehingga kita wafat dalam keadaan Khusnul Khotimah.
Yaa Allah bihaa yaa Allah bihaa yaa Allah bi Khusnil Khotimah. Wal Qobul.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kamis, 15 September 2016
Kunjungi Kegiatan Majelis Rasulullah disini
http://www.majelisrasulullah.org
Kunjungi Kios Nabawi, menjual berbagai acsesoris Majelis Rasulullah SAW
WA 087828405466
Refleksi Hari Kemerdekaan
Kita seharusnya letih melihat sandiwara kehidupan ini..
Anehnya kita larut terus dengan sadar atau tanpa sadar..
Sebenarnya semua itu jelas dan nyata..
Tapi kita tak berbuat apa apa..
Tapi kita tak berbuat apa apa..
Itulah makna ayat : Tuhan tidak merubah suatu kaum kecuali kaum itu yang merubah dirinya..
Nabi SAW juga bersabda.. Kemiskinan itu mendekati kekafiran..
Kita telah miskin dan dimiskinkan.. Sehingga tak mampu lagi berbuat apa apa..
Semua aset strategis sudah bukan milik umat.. Kini kekuasaan telah dikuasai oleh pemilik dana..
Para pemimpin partai dan wakil rakyat tidak bisa lagi dibaca sebagai wakil siapa..
Daulat rakyat menjadi daulat keluarga..
Daulat rakyat menjadi daulat medsos..
Daulat rakyat menjadi daulat polling..
Dunia telah gelap gulita..
Daulat rakyat menjadi daulat medsos..
Daulat rakyat menjadi daulat polling..
Dunia telah gelap gulita..
Saatnya sujud dengan air mata..
Minta maaf atas umat ini..
Minta maaf atas umat ini..
Minta maaf atas kealpaan kita semua yang lengah dan tak berbuat yang benar..
Teruslah sujud.. Sampai tibanya pertolongan.. Atau ajal tiba..
Semoga sujud kita menjadi sebab turunnya pertolongan Allah..
Menjadi pembuka tabir ikhtiar..
Jangan ada yang putus asa..
Sekali MERDEKA.. Tetap MERDEKA..
Amien..
~ Habib Muhsin Alhamid ~
http://www.majelisrasulullah.org/2016/08/refleksi-hari-kemerdekaan/
Langganan:
Postingan (Atom)